Obral!

Memorial Perjalanan Hidup K.H. Mahrus Aly (Sejarah, ‎Kiprah & Jejak Intelektual)‎

Harga aslinya adalah: Rp70.000.Harga saat ini adalah: Rp54.000.

Dimensi buku ‎: 16 × 23 cm
Peruntukan ‎: Semua Kalangan
Tahun terbit ‎: 2025‎
Jenis pustaka ‎ ‎: Non fiksi
Kategori jenis ‎: non terjemahan
Terbitan ‎: perguruan tinggi
Sub ‎: Penelitian
Kategori buku ‎: Lepas

Kategori:

Deskripsi

Kiai Mahrus Aly adalah satu dari sekian ratus – atau malah sekian ‎ribu – tokoh pesantren yang memiliki nama mentereng dalam jagat ‎perjuangan di tanah air. Kebanyakan orang mungkin hanya tahu jika ia ‎merupakan seorang pemimpin dari sebuah pesantren terbesar di Jawa Timur, ‎Pesantren Lirboyo, di masa silam. Dan hingga saat ini, sedikit-sedikitnya ‎terdapat hampir empat puluh ribu santri yang tinggal menimba ilmu di ‎pesantren ini. ‎
Pada dasarnya, hal itu bukanlah satu-satunya alasan dasar mengapa ‎penulis merasa terdorong sekali untuk melahirkan biografinya. Kiranya, ada ‎berpuluh-puluh – atau mungkin beratus-ratus alasan jika bisa dikemukakan ‎‎– kesan yang dirasa pantas atau paling tidak rasional bagi semua penulis ‎manapun ketika ingin menuliskan biografi Kiai Mahrus. Misal, karena ‎sosoknya sebagai figuran pesantren yang dinilai amat berpengaruh dan juga ‎memukau, terutama atas semua kontribusinya bagi lahirnya ratusan tokoh ‎berpengaruh yang pada saat ini cukup memainkan peran penting dalam ‎pembangunan civil sosiety di Indonesia. Sebut saja Prof. Dr. K.H. Said Aqil ‎Siraj, K.H. Anwar Iskandar, Dr. Syafi’i Sulaiman dan sejumlah tokoh penting ‎lain yang tidak harus disebutkan karena juga akan terlalu panjang kiranya.‎
Sekilas, di dalam buku ini, akan diulas terkait bagaimana seorang ‎muda usia yang memiliki cita-cita serta pengorbanan yang besar, kelak akan ‎memperoleh apa yang seharusnya ia tuai. Kecintaan terhadap ilmu ‎pengetahuan yang diilhami oleh keinginan besar untuk mengubah nasib ‎intelektual senyatanya akan mampu menghantarkan seseorang ke dalam ‎suatu perjalanan panjang dan penuh arti. Satu persatu pesantren pun mulai ‎silih berganti disinggahi oleh Kiai Mahrus dalam rentang masa belajarnya ‎yang bertepatan dengan masa di mana Indonesia masih belum benar-benar ‎merdeka. Ia berguru kepada Kiai Mukhlas, Kiai Cholil Harun, Kiai Manab ‎‎(Kiai Abdul Karim), Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Dalhar dan beberapa banyak ‎lagi kiai lainnya yang berhasil membentuk pribadinya menjadi seorang yang ‎amat memiliki disiplin terhadap ilmu pengetahuan, khususnya dalam ‎bidang agama. ‎
Di usianya yang sudah cukup matang, Kiai Mahrus mendapat tawaran ‎dari Kiai Manab untuk mempersunting putrinya yang bernama Zainab. Dari ‎sinilah, kisah cintanya untuk yang pertama dan terakhir kalinya terjalin, ‎meskipun harus melalui berbagai proses panjang yang seolah ingin ‎membuktikan bahwa sosok istrinya adalah memang benar-benar seorang ‎wanita yang ditakdirkan untuk menjadi pendamping selama hidupnya. ‎Terbukti, ada banyak perubahan fundamental dalam sejarah hidup Kiai ‎Mahrus setelah dirinya menikahi putri Kiai Manab ini. ‎
Ketika revolusi fisik pecah di Surabaya (1945), Kiai Mahrus turut ‎berjuang di medan laga bersama dengan satu kompi pasukan bersenjata ‎lengkapnya. Walaupun perjuangan itu belum benar-benar final karena ‎setelahnya ia sempat harus mengalami isolasi di daerah perbukitan Klotok, ‎Kediri, akibat represi dari kembalinya sekutu untuk menjajah kembali bumi ‎pertiwi. Yang kedua kalinya pun ia turut bergerilya melawan tentara ‎penjajah hingga deklarasi kemerdekaan Indonesia baru di umumkan di Den ‎Haag, Belanda, menjelang akhir dasawarsa 1940-an. Namun, berakhirnya ‎perang bukanlah pertanda bahwa pengabdiannya terhadap agama telah usai. ‎Setelah Indonesia memasuki masa damai, Kiai Mahrus mengalihkan ‎fokusnya untuk kembali mengabdi kepada pesantren, pendidikan, dan umat ‎Islam di Indonesia. ‎
Lewat Pesantren Lirboyo, Kiai Mahrus menyalurkan semua yang ‎dipahaminya terkait Islam yang luas dan ramah, serta tak ketinggalan ‎mengajarkan teori-teori Islam klasik atau yang lebih dikenal dengan istilah ‎‎“kitab kuning.” Bahkan atas dasar kecintaan dan kepeduliannya terhadap ‎masyarakat pesantren yang amat tinggi, Kiai Mahrus mengusahakan ‎berdirinya sebuah perguruan tinggi di pesantrennya yang hingga kini ‎dikenal sebagai Universitas Islam Tribakti. Kepada umat Islam, ia abdikan ‎dirinya kepada NU yang sudah diikutinya secara formal sejak 1950-an. Di ‎NU Jawa Timur, Kiai Mahrus adalah Rais Syuriah yang menjabat sepanjang ‎sisa usianya. Ia juga adalah salah satu anggota dewan Mustasyar PBNU sejak ‎‎1984 dan juga termasuk salah seorang kiai yang berhasil menskenariokan NU ‎ke posisi awalnya – yang kemudian dikenal sebagai Khittah 1926 – sekaligus ‎korektor bagi NU dalam perumusan sikap terhadap Pancasila sebagai asas ‎tunggal organisasi. ‎
Di sisi lain, buku ini juga menghadirkan sebuah fragmen yang ‎mengupas tuntas praktik keseharian Kiai Mahrus dari sudut pandang ‎muslim santri. Kami sengaja memberikannya nama “Lanskap Ilmiah”, ‎sebuah rubrik yang dibuat khusus untuk membicarakan pelbagai hal yang ‎dilakukan, dikhotbahkan, atau yang orang lain ceritakan tentang Kiai Mahrus ‎selama ini. Sejatinya “Lanskap Ilmiah” adalah sinkretisme antara apa yang ‎dilakukan oleh Kiai Mahrus dengan kisah-kisah para saleh yang terdapat di ‎banyak turats – sebagai objek kajian yang dipadukan. Tentu harapan kami ‎sederhana, agar pembaca dapat lebih mendarah daging dalam menganalisa ‎pemikiran-pemikiran yang membentuk pribadi seorang Kiai Mahrus, ‎walaupun hal itu sendiri bukan berasal langsung dari justifikasi mendiang ‎semasa hidupnya. ‎

Ulasan

Belum ada ulasan.

Jadilah yang pertama memberikan ulasan “Memorial Perjalanan Hidup K.H. Mahrus Aly (Sejarah, ‎Kiprah & Jejak Intelektual)‎”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No more offers for this product!

Diskusi umum

Saat ini belum ada diskusi apapun pada produk ini